Kecanduan Gadget Anak

 

Kecanduan Gadget Anak

M. Rizqon Kamil
(Mahasiswa S1 Psikologi UIN Malang)

 

Transformasi revolusi industri 4.0 turut serta membawa perkembangan teknologi diberbagai bidang. Termasuk didalamnya perkembangan dibidang informasi dan komunikasi yang semakin canggih dan sangat dekat dalam kehidupan manusia. Salah satu bentuk perkembangan teknologi dibidang informasi dankomunikasi adalah gedget.

Mengutip Manumpi dalam (Sri Rahayu & Mulyadi, 2021), gedget adalah sebutan yang digunakan untuk menyebut alat-alat teknologi yang memiliki perkembangan pesat dengan fitur atau fungsi-fungsi khusus. Lebih lanjut, Osland dalam (Novita Maulidya Jalal et al., 2022) menyebutkan gadget sebagai suatu alat elektronik kecil yang memiliki berbagai macam fungsi. Contoh dari Gadjet adalah, smartphone, tablet, komputer, laptop, dan masih banyak lagi. Gedget yang paling sering ditemui dan dipakai sehari-hari adalah smartphone. Smartphone sering digunakan karena bentuknya yang tidak terlalu besar, mudah dibawa kemanapun, dan memiliki banyak fungsi salah satunya adalah untuk mengakses dan berkomunikasi di mendia sosial.

Di era saat ini gedget seakan tidak bisa dipisahkan dari setiap orang. Dari semua kalangan, baik kalangan atas, menengah ke atas, maupun kalangan menengah ke bawah. Tidak mengenal usia, gedget menjadi salah satu kebutuhan yang disukai dari anak-anak samai dewasa. Terutama di zaman sekarang, sejak dini anak-anak sudah bisa mengoprasikan gedget. Baik untuk bermain game atau media sosial.

Pada artikel ini, yang dimaksud anak-anak adalah anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar atau masa kanak-kanak awal dan akhir. Menurut Hurlock, masa kanak-kanak awal adalah anak usia 2 sampai 6 tahun dan masa kanak-kanak akhir adalah anak dengan rentang usia 6 sampai dengan 10 atau11 tahun. Pada usia ini anak-anak berada pada usia sekolah baik taman kanak-kanak atau sekolah dasar. Saat mencapai usia 6-7 tahun, perkembangan rohani dan jasmani mulai terbentuk sempurna dan anak mulai keluar rumah serta mencoba hal baru (Ajhuri, 2019).

Seiring meningkatnya rasa ingin tahu anak-anak dan tersedianya perangkat gadget, mereka memiliki akses yang lebih luas ke berbagai sumber informasi dan hiburan. Namun, kemudahan dan kepraktisan dalam memperoleh konten digital ini dapat memiliki efek samping. Anak-anak cenderung menjadi terlalu terpaku pada perangkat mereka, yang pada akhirnya dapat mengarah pada ketergantungan atau kecanduan terhadap gadget tersebut. Mengutip Kwan dalam (Sri Rahayu & Mulyadi, 2021) kecanduan gedget ialah suatu perilaku maladaptive yang ditandai perilaku penggunaan gedget secara berlebihan dengan kontrol diri yang rendah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Ciri-ciri anak kecanduan gedget adalah menghabiskan banyak waktu dalam bermain atau memakai gedget, mengabaikan kebutuhan lain seperti makan atau mandi, dan mengabaikan teguran dari orang tua atau orang di sekitarnya.

Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019, 25,2% dari total pengguna gedget merupakan anak dengan rentang usia 5-9 tahun. Sedangkan anak usia pra sekolah dan remaja berada pada angka 79,9%. Data ini menujukan tingginya tingkat kecanduan gadget pada anak-anak di Indonesia. Kecanduan gadget pada anak-anak dapat dipicu oleh empat faktor utama. Pertama, faktor internal yang meliputi rendahnya kontrol diri dan munculnya rasa bosan dalam diri anak. Kedua, faktor situasional di mana anak cenderung menggunakan gadget sebagai pelarian saat menghadapi situasi tidak nyaman, seperti kesepian atau kejenuhan. Ketiga, faktor sosial yang erat kaitannya dengan pengaruh lingkungan sekitar anak. Terakhir, faktor eksternal yang mencakup berbagai pengaruh dari luar diri anak yang dapat mendorong penggunaan gadget secara berlebihan. Keempat faktor ini berperan dalam membentuk pola penggunaan gadget pada anak, yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengarah pada kecanduan (Nurhidayah et al., 2021).

Megutip dari Agustina dalam (Novita Maulidya Jalal et al., 2022) menyarankan beberapa strategi efektif untuk mengurangi kecanduan gadget pada anak dan membentuk kebiasaan digital yang sehat. Strategi ini meliputi penempatan perangkat internet di area terbuka untuk pengawasan yang lebih baik, mengajarkan anak untuk berhati-hati terhadap interaksi online dengan orang asing, dan menghindari situs yang tidak sesuai untuk anak-anak. Orang tua juga dianjurkan untuk mendidik anak tentang pentingnya menjaga privasi online, mendorong penggunaan internet untuk tujuan pendidikan, dan membangun komunikasi terbuka tentang aktivitas online anak. Langkah-langkah perlindungan tambahan seperti penggunaan perangkat lunak filter konten dan browser khusus anak juga direkomendasikan. Orang tua perlu memotivasi anak untuk bersikap kritis dan positif dalam menanggapi informasi dari internet. Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara konsisten, diharapkan anak-anak dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan teknologi digital sambil tetap aman dari potensi bahayanya.

Sebuah studi meneliti tentang intervensi psikoedukasi untuk mengatasi kecanduan gadget pada anak-anak telah dilakukan oleh Zakaria dkk., berjudul "Pelatihan Penggunaan Fitur Kesehatan Digital Untuk Mencegah Kecanduan Gadget Pada Anak-Anak". Penelitian ini dilaksanakan di RW 06 Kelurahan Bonowo, Kecamatan Pakal, Kota Surabaya, dengan metode yang terdiri dari tiga tahap: sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan, yang melibatkan baik orang tua maupun anak-anak. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan signifikan dalam perilaku penggunaan gadget. Sebelum intervensi, kesadaran tentang penggunaan gadget yang berlebihan masih rendah. Namun, setelah pelatihan dan praktik, terjadi peningkatan dramatis dengan 90% peserta mulai memanfaatkan fitur kesehatan digital untuk mengurangi penggunaan gadget yang berlebihan (Zakaria et al., 2023). Penelitian ini juga sekaligus menegaskan petingnya peran orang tua dalam pengawasan anak bermain gadget.

Dapat disimpulan ditengah perkembangan teknologi, gadget menajdi alat yang sering digunakan, baik olah anak-anak sekalipun. Akan tetapi dengan kemudahan akases melalui gadget anak-anak beresiko mengalami kecanduan jika tidak diimbangi dengan pengawasan dankebiasaan yang tepat. Dari hasil kedua penelitian di atas, dapat diketahui bahwa keterlibatan orang tua memainkan peran krusial dalam mengatur penggunaan gadget pada anak-anak. Orang tua dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam tentang batas-batas yang sehat dalam penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Selain itu, mereka juga perlu mengambil peran aktif sebagai pengawas dan pembimbing dalam aktivitas digital anak-anak. Dengan menggabungkan pengetahuan tentang batasan yang tepat dan kemampuan untuk memantau serta mengarahkan penggunaan gadget, orang tua dapat secara efektif mengelola dan meminimalisir risiko kecanduan gadget pada anak-anak mereka.

 

Sumber Referensi

Ajhuri, K. F. (2019). PSIKOLOGI PERKEMBANGAN Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Novita Maulidya Jalal, Rahmawati Syam, St.Hadjar Nurul Istiqamah, Irdianti, I., & Muhrajan Piara. (2022). Psikoedukasi Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak. PaKMas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 420–426. https://doi.org/10.54259/pakmas.v2i2.1311

Nurhidayah, I., Gilang Ramadhan, J., Amira, I., & Lukman, M. (2021). PERAN ORANGTUA DALAM PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN ADIKSI GADGET PADA ANAK: LITERATUR REVIEW. Jurnal Ilmu Keperawatan https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj

Sri Rahayu, N., & Mulyadi, S. (2021). ANALISIS PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK USIA DINI. Jurnal PAUD AGAPEDIA, https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jpa.v5i2.40743 5(2), 202–210.

Zakaria, A., Safitri, A. I., Pertiwi, N. W., Aflah, M., Febrianto, R., Alhusni, H. Z., Mahtari, S., & Yantidewi, M. (2023). Pelatihan Penggunaan Fitur Kesehatan Digital Untuk Mencegah Kecanduan Gadget Pada Anak-Anak. Journal of Community Engagement and Empowerment, 01(01), 2986–2930. https://doi.org/10.58706/dedikasi

Profil Penulis:

Mahasiswa S-1 Psikologi UIN Malang, mempunyai minat pada bisang psikologi klinis. Mengikuti program pengabdian masyarakat di Biro Psikologi Hyui dan SD Srengat 03.